Syaikh Masyhur Hasan Salman hafizohulloh berkata :
“Guru kami (Syaikh Al-Albani) rahimahullah menugaskan aku untuk memuroja’ah (memeriksa kembali) beberapa juz dari kitab As-Silsilah Ad-Dho’ifah sebelum dicetak. Lalu iapun menyerahkan jilid ke lima dari kita As-Silsilah Ad-Dho’ifah. Lalu akupun mengambil kitab tersebut yang ditulis dengan tulisan tangan beliau sebelum dicetak. Tatkala aku mengeluarkannya dari kantong dan aku melihat kitab tersebut maka akupun menangis.
Maka syaikh rahimahullah bertanya kepada ; “Kenapa engkau?”
Aku diam tidak menjawab, dan syaikh melihat air mataku mengalir.
Ternyata syaikh rahimahullah menulis kitab “Silsilah Al-Ahaadiits Ad-Dho’ifah” jilid ke lima pada kertas-kertas hadiyah, dan kantong-kantong kertas gula dan beras, yaitu bungkusan-bungkusan yang berwarna merah yang digunakan orang-orang untuk menimbang gula dan beras.
Syaikh berkata kepadaku : “Saya punya benang-benang yang saya celupkan ke tinta lalu aku letakan benang-benang tersebut di atas kertas-kertas, sehingga kertas-kertas tesebut menjadi bergaris-garis. Aku tidak memiliki uang untuk membeli kertas”
Semoga Allah merahmati engkau yang telah menghabiskan umur untuk membela sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
(sumber : http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=27279)
Saya (Firanda) jadi teringat dengan cerita Syaikh Abdurrozzaq hafizohulloh tatkala beliau diuji tentang tesis beliau, dan dosen penguji tatkala itu adalah Syaikh Sholeh Al-Fauzaan hafizohulloh. Syaikh Sholeh Al-Fauzan mengkritik Syaikh Abdurrozzaq yang telah mengkhususkan satu halaman hanya untuk menulis kalimat (بسم الله الرحمن الرحيم). Syaikh Sholeh Al-Fauzan menganggap hal itu adalah bentuk mubadzdzir.
Syaikh Abdurrozzaq bercerita bahwa dahulu kertas mahal dan sulit untuk didapat, sehingga beliau melihat tulisan ayah beliau syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafizohulloh sampai diujung-ujung kertas. Tidak ada bagian kertas yang tersisa kosong, semuanya terisi tulisan.